Jakarta,JPI—Survei yang dilakukan Jakarta Property Institute (JPI) turut mengungkap bahwa tingkat kepuasan penghuni cenderung berpengaruh terhadap keinginan untuk pindah, setidaknya dalam dua tahun ke depan. Selain itu, ada juga faktor kenyamanan yang terbangun dari faktor lama tinggal. Secara umum, 100 persen alias seluruh penghuni rusunawa pemerintah berstatus warga relokasi dan penghuni rusunami pemerintah tidak berkeinginan pindah. Warga umum di rusunawa pemerintah yang ingin pindah pun hanya 10 persen. Sementara itu, penghuni rusunami swasta yang ingin pindah ada 17 persen. Sisi positif tinggal di rusun khusus bagi warga relokasi, didominasi lingkungan yang aman (23,9 persen), lingkungan yang bersih dan sehat (20,5 persen), disusul lingkungan yang lebih nyaman (20,4 persen), dan biaya hidup lebih hemat (17,9 persen). Bergeser ke warga umum yang tinggal di rusunawa pemerintah dan rusunami pemerintah, sisi positif cenderung identik, yaitu lebih aman, lebih nyaman, dan perasaan hidup menjadi lebih positif.
Sementara bagi penghuni rusunami swasta yang notabene berada di lokasi strategis, menitikberatkan sisi positif dari sisi akses, disusul keamanan dan kenyamanan, serta sosialisasi antarpenghuni yang lebih hidup.
“Penghuni rusunawa pemerintah yang merupakan warga relokasi mempunyai indeks kepuasan penghuni yang meningkat setelah pindah ke rusunawa. Temuan ini menunjukkan sisi positif dari program penyediaan rusunawa sebagai solusi tempat tinggal untuk masyarakat di Jakarta yang terdampak relokasi. Adapun, perspektif utama yang menjadi poin plus keberadaan rusun secara umum bagi masyarakat, yaitu peluang untuk bisa lebih menghemat pengeluaran bulanan,” tambah Steven.
Sebaliknya, riset juga turut mengungkap sisi negatif yang dirasakan penghuni rusun sederhana. Para penghuni rusunawa dan rusunami pemerintah mayoritas mengeluhkan kondisi tidak ada lift, lingkungan berisik, kualitas air yang kurang baik, dan jauh dari sarana-prasarana umum. Adapun, bagi penghuni rusunami swasta, sisi negatif terutama soal kurangnya lahan parkir dan tingkat kebersihan lingkungan yang di bawah ekspektasi.
Selain itu, riset juga menggambarkan bahwa belum ada perbedaan signifikan terkait akses transportasi para penghuni setelah mulai menempati rusun. Mayoritas masih mengandalkan sepeda motor dan mobil pribadi, disusul ojek online, serta segelintir yang mengandalkan bus Transjakarta untuk mobilitas sehari-hari. Alhasil, lewat riset ini, JPI pun turut merekomendasikan beberapa alternatif kebijakan terkait perumahan vertikal ke depan. Beberapa aspek penting, yaitu perlunya atensi lebih dalam aspek pengelolaan rusun sederhana, menyiapkan kebijakan sektor transportasi yang dapat terintegrasi dan mendukung program penyediaan rusun. Selain itu, mendorong interaksi sosial antarpenghuni dengan cara menyelenggarakan lebih banyak kegiatan bersama untuk menumbuhkan suasana keakraban dan menguatkan rasa kepedulian.
“Penting juga untuk mendorong penciptaan lingkungan aman bagi anak, disertai penyediaan fasilitas ramah anak di kawasan rumah susun sederhana,” tulis Steven.