JAKARTA,JPI—Istilah net-zero emission (NZE) kian populer diperbincang saat ini. NZE atau emisi nol bersih adalah keadaan di mana gas rumah kaca yang masuk ke atmosfer seimbang dengan yang dikeluarkan oleh atmosfer. Terlebih berdasarkan Paris Agreement, para pemimpin dunia sepakat untuk membatasi kenaikan suhu global agar tidak lebih dari 1,5 derajat celcius di atas tingkat pra-industri pada akhir abad ini. Adapun gerakan ini mencakup seluruh aspek kehidupan, tidak terkecuali di sektor properti.
Global Status Report for Buildings and Construction menyebutkan sektor properti dan konstruksi bertanggung jawab atas hampir 40 persen penggunaan energi akhir dan proses terkait emisi karbon dioksida.
Sektor properti juga memiliki peran yang sangat penting untuk memenuhi tujuan internasional mencapai emisi nol bersih. Selain itu, pemanasan, pendinginan, pencahayaan bangunan sampai dengan infrastruktur disebut menjadi kontributor utama emisi ini.
Lantas, bagaimana cara sektor properti agar mampu mencapai target emisi nol bersih?
Bagi pemilik properti, dikatakan bahwa terdapat tiga hal yang bisa dilakukan untuk mencapai target emisi nol bersih. Pertama adalah renewables atau energi terbarukan.
Langkah ini merupakan solusi jangka pendek yang membutuhkan capital expenditure atau belanja modal lebih rendah dari langkah pengurangan emisi lain.
Misalnya, pemilik properti mencapai hal ini dengan mengalihkan penggunaan energi ke energi terbarukan, seperti penggunaan solar panel atap.
Kedua adalah retrofitting yang melibatkan pemasangan sistem Heating Ventilation and Air Conditioner (HVAC) yang terhubung ke energi terbarukan seperti solar panel dan turbin angin. Langkah retrofitting juga bisa diwujudkan lewat penyediaan parkir sepeda untuk masyarakat yang ingin bepergian menggunakan sepeda.
Ketiga adalah responsible ownership atau kepemilikan yang bertanggung jawab. Investor atau pengelola properti harus berusaha untuk meningkatkan kinerja lingkungan bangunan mereka. Hal ini juga termasuk tindakan mendorong penyewa atau penghuni untuk mempertimbangkan pola konsumsi energi.
Namun demikian, komitmen ini membutuhkan banyak pembiayaan yang tidak terbilang murah. Belum lagi, teknologi energi terbarukan yang mendukung emisi nol bersih kebanyakan diproduksi di negara maju. Ini menjadi salah satu hambatan sektor properti di negara berkembang untuk mencapai target emisi nol bersih.